Thursday, August 31, 2017

Nonton Film Online - Beauty and the Beast: Remake Nostalgia nan Cantik

Nonton Film Online - Beauty and the Beast: Remake Nostalgia nan Cantik - Remake saat ini menjadi salah satu trend yang sedang berkembang di Hollywood. Salah satu perusahaan film yang menganut trend ini adalah Disney. Berbagai macam film animasi Disney yang sempat jadi jawara di hati masyarakat pun mulai dibuat remake nya.

Berawal di periode 1990-an, Disney mulai melebarkan sayap dengan memproduksi banyak hal selain film animasi. Ada produksi Broadway, serial TV spinoff, sampai akhirnya pada periode 2000-an mulai muncul berbagai remake animasi Disney klasik. Diawali dengan munculnya Alice in The Wonderland-nya Tim Burton yang luar biasa menarik hati. Kesuksesan kembalinya Alice kemudian mendorong munculnya Mirror Mirror yang mengambil dasar cerita dari Snow White and The Seven Dwarfs.

Daftar film animasi yang masuk dapur Hollywood kembali pun semakin memanjang. Kali ini di tahun 2014, Cinderella muncul dengan mendapuk Lily James, artis pendatang baru, untuk menjadi sang karakter legendaris. Ada juga The Jungle Book-nya Jon Favreu yang berhasil mendapatkan respon sangat positif hampir dari seluruh kritikus film dunia.

Semua film remake tersebut memang luar biasa. Berhasil mengobati kerinduan kita akan sosok princess yang rupawan, mencari sang cinta sejati. Tapi buat saya masih belum ada yang bisa membuat saya terpesona dan ingin ikut menari ketika menontonnya. Sampai akhirnya pendapat saya itu runtuh seruntuh-runtuhnya dengan dirilisnya Beauty and The Beast.

Remake dari musikal mewah legendaris yang pertama kali rilis pada 1991 ini bagi saya menjadi remake tercantik yang pernah saya tonton. Beauty and The Beast versi live action ini benar-benar menjadi interpretasi sempurna dari tale as old as time—kisah setua waktu. Beauty and The Beast sukses membuat hati saya terasa hangat, mengingat nostalgia saat pertama kali menonton versi animasinya.

Disutradarai oleh Bill Condon, orang yang sama di balik keempat film Twilight Saga, sempat membuat saya ragu. Saya bukan orang yang benar-benar menggemari karya-karya Condon. Apalagi dengan ungkapan awal bahwa ia tak akan mengubah hampir suatu apapun dari cerita aslinya membuat saya agak ragu apakah Beauty and The Beast versinya akan bisa minimal sama menakjubkannya dengan versi aslinya.13

Nonton Film Online 


Namun kenyataannya, Condon berhasil menampar balik saya dengan menyuguhkan sebuah remake luar biasa, dengan visual yang luar biasa menakjubkan. Pertama kali melihatnya yang langsung terbersit di benar saya adalah, film ini benar-benar karya Condon. Tone warna, angle pengambilan gambar, bahkan hingga CGI pun semuanya ciri khas Condon. Tone warna yang sedikit pucat dan serigala yang mirip dengan rupa kawanan Jacob Black membuat saya salut dengan Condon yang memiliki ciri khas tersendiri hingga berhasil membuat orang aware dengan hasil kerjanya.

Visual yang ia hasilkan pun luar biasa menakjubkan. Menggunakan tone warna yang pucat malah membuat semuanya semakin indah. Efek bling-bling nya ada, tak berlebihan. Visual terlihat ajaib. Benar-benar membuat saya ingin ikut berada di dalamnya. Entah mengapa semua yang Condon lakukan dalam visualisasinya berhasil membawa Beauty and The Beast jauh lebih hidup.

Dari segi cerita pun Condon hampir tak merubahnya dari versi aslinya. Semua hal manis dalam versi animasi bisa saya temukan di sini. Semua lagunya yang indah, plot cerita yang sederhana, masih sama persis seperti yang saya saksikan lebih dari 1 dekade lalu. Keputusan yang sempat meragukan ini diganjar habis oleh Condon yang berhasil membawakannya dengan komposisi yang pas.

Beberapa kali saya ikut mendendangkan lagu soundtrack yang sudah saya ingat di luar kepala. Misalnya di lagu Be Our Guest yang dinyanyikan oleh Lumiere membuat saya tak tahan untuk tak ikut menyanyikannya. Belum lagi ketika adegan waltz di ballroom legendaris yang diiringi oleh lagu klasik Beauty and The Beast yang dinyanyikan Mrs. Potts (Emma Thompson). Benar-benar membuat hati saya hangat.

Keberhasilan Beauty and The Beast dalam membuat hati saya bernostalgia dengan liarnya tak lepas dari pemeran utamanya yang buat saya berhasil menghidupkan kembali karakter Belle dengan sangat baik. Emma Watson (terkenal lewat kedelapan film Harry Potter) yang didapuk menjadi Belle sukses mengangkat karakter Belle menjadi 1000lebih rupawan dari versi animasinya.
14



Selain Emma, satu karakter ikonik lainnya yang buat saya sangat berhasil adalah Gaston. Karakter pria berotot yang sombong ini dibawakan dengan sangat pas oleh Luke Evans (terkenal lewat The Girl on Train atau Fast 6). Luke Evans yang mempunyai rupa fisik cukup mirip dengan Gaston membuat karakter Gaston menjadi sangat kuat. Ia punya daya pikat menawan yang membuat karakternya sulit untuk kita benci. Luke Evans punya kharisma yang luar biasa kuat.



Selain peran-peran signifikan, beberapa peran pelengkap lainnya juga sempat saya ragukan bisa tampil baik. Misalnya karakter Lumiere yang disuarakan oleh Ewan McGregor. Juga Cogsworth yang diperankan oleh Ian McKellen. Kedua karakter ini adalah karakter dengan ciri khas suara aksen Perancis yang sangat kental. Apalagi kedua karakter ni punya peran yang cukup penting dalam keberlangsungan cerita ini, sehingga yang memerankannya pun diharuskan bisa mengeinterpretasikan ciri khas dari masing-masing karakter. Lumiere yang santai tapi lucu, dan Cogsworth yang tegas namun penakut.

Namun nyatanya kekhawatiran saya lagi-lagi tak terbukti. Baik Ewan maupun Ian berhasil menunaikan tugasnya dengan sangat baik. Apalagi ketika masuk ke adegan Be Our Guest. Lagu dengan nada menyenangkan ini sukses menghentakkan kaki saya dengan semangat mengikuti koreografi yang juga sangat indah.

Bicara tentang koreografi, buat saya koreografinya luar biasa menakjubkan. Beberapa gerakan dibuat sama dengan versi aslinya, dengan beberapa gerakan tambahan lain. Condon dengan bijak menambahkan dan mengubah sedikit gerakan, khususnya ketika adegan ikonik waltz ballroom antara Belle dan Beast. Condon berhasil membuat semua koreografi yang ada terasa begitu mengalir, seakan mengajak penonton untuk ikut sekadar menggoyangkan kepalanya ke kiri dan ke kanan.



Namun seperti biasa, dalam film apapun selalu ada keretakan yang muncul. Versi live action ini memiliki beberapa kekurangan yang cukup mengganggu, walaupun tak signifikan. Dengan durasi yang jauh lebih lama dari versi aslinya—versi ini sekitar 45 menit lebih lama—membuatnya terasa terlalu bertele-tele.

Plot utamanya memang tetap sama. Maurice (Kevin Kline), ayah Belle yang dipenjara oleh Beast di dalam istananya karena mencabut sebatang mawar dari taman Beast. Kemudian Belle yang tak tega ayahnya dipenjara pun menawarkan diri untuk menggantikannya. Sementara itu, berbagai perabotan rumah yang terkena kutukan berusaha untuk membuat pasangan unik tersebut untuk saling jatuh cinta, agar mereka dan Beast bisa menjadi manusia kembali.

Sang penulis naskah, Stephen Chbosky dan Evan Spiliotopoulos berusaha untuk mengisi plot holes yang tertinggal dari versi animasinya. *spoiler alert*  Misalnya saja adegan ketika Belle menciptakan mesin cuci versi primitif. Atau ketika ia dan Beast mengunjungi Paris melihat kembali kejadian yang menimpa ibu Belle dengan menggunakan buku ajaib. Atau saat Maurice yang sempat membawa Gaston mendekati istana, namun akhirnya ia malah diikat dan ditinggalkan untuk dimangsa serigala.

Adegan-adegan penambal plot holes tersebut awalnya mungkin ditambahkan dalam rangka membantu penonton untuk bisa memahami lebih baik apa yang sebenarnya terjadi secara keseluruhan. Suatu hal yang memang hampir tak pernah kita temukan dalam film animasi. Namun sayangnya kali ini tak berhasil. Usaha duo penulis ini malah terkesan tak penting dan hanya menambah durasi saja. Adegan-adegan tersebut sama sekali tak membantu jalannya cerita utama.

Belum lagi mengecewakannya penampilan pemeran utama, yaitu Beast sendiri. Beast yang diperankan oleh Dan Stevens terasa sangat monoton. Tak terasa aura kharismatik dari Stevens. Ia terasa sangat kaku dan tak bisa memunculkan chemistry yang dibutuhkan antara ia dan Belle. Hubungan keduanya terasa kaku. Bahkan jika dilihat kembali, dengan hubungan yang terlihat dalam film, agak sulit mempercayai bahwa Belle dan Beast saling mencintai.



Penampilan Stevens sebagai Beast hanya terbantu dengan mata birunya yang jernih. Matanya cukup mampu menunjukkan apa yang sebenarnya sedang Beast rasakan atau ingin utarakan. Namun selebihnya, sangat lemah. Dan Stevens memang tampan, punya karakter yang kuat. Buktinya saya pasti akan bisa mengenalinya langsung Beast adalah Dan Stevens, jika saya tak tahu awalnya. Tapi ia tak punya kharisma seorang pangeran. Kharismanya bahkan kalah dari Luke Evans.

Terlepas dari teknisnya, Beauty and The Beast sempat memunculkan reaksi kurang enak ketika rumornya akan ada adegan gay yang melibatkan LeFou. Hal ini sontak menimbulkan pro kontra di berbagai lapisan masyarakat. Ketika saya menonton Beauty and The Beast, jujur saya sempat agak mencari adegan tersebut. Namun sampai akhir saya tak menemukan adegan gay apapun yang mengganggu. Yang ada hanya adegan LeFou yang terlihat flirting dengan seorang pria yang terlihat seperti transeksual. Mereka pun berdansa sedikit sebelum akhirnya adegan kembali masuk ke dansa Belle dan Beast.

Setelah itu saya berpikir, masa hanya adegan itu saja bikin heboh. Apa mungkin adegan gay tersebut sudah dihapus oleh badan sensor film? Tapi rasanya tak mungkin. Selama film diputar saya tak merasa adegan apapun terlihat aneh seperti habis dipotong. Lalu setelah bertanya kesana kemari dan melakukan riset, ternyata adegan gay yang dimaksud adalah adegan LeFou yang flirting itu! Sontak saya kaget. Memang apanya yang tak senonoh sampai menimbulkan pro kontra. Jadi sebenarnya tak ada adegan tertentu yang mengharuskan orang tua melarang anaknya menonton film ini kok.

Intinya sih, walaupun ada beberapa keretakan yang terjadi, hal tersebut tetap tak bisa mengurangi ketakjuban saya menyaksikan kembali tontonan masa kecil saya yang dibalut dalam live action indah memanjakan mata. Dengan berhasil menghidupkan kembali dunia dongeng, Beauty and The Beast versi baru ini benar-benar bisa mengundang kita untuk ikut menjadi tamu dalam dunianya yang ajaib. Akhir kata, be our guest.


Posted By

Wednesday, August 30, 2017

Nonton Film Online - Demi 'AYAT AYAT CINTA 2', Chelsea Islan 2 Bulan Belajar Biola


Demi 'AYAT AYAT CINTA 2', Chelsea Islan 2 Bulan Belajar Biola
Para penggemar film AYAT AYAT CINTA bisa jadi sedang sangat senang. Pasalnya, film yang dibawahi rumah produksi MD Pictures itu telah dibuatkan sequelnya dan akan segera tayang di bioskop Tanah Air, tepatnya pada Desember 2017 mendatang.
Salah satu pemainnya, Chelsea Islan bahkan sampai harus mengikuti kursus biola selama 2 bulan. Hal tersebut dilakukannya karena Keira, karakter yang diperankannya adalah seorang pemain biola yang hebat.


Nonton Film Online

"Iya aku kursus biola dua bulan khusus untuk adegan aku. Karena Keira kan pemain biola yang hebat, jadi harus bisa bermain biola. Jadi aku sangat bekerja keras untuk bisa menjadi Keira. Bisa bermain biola selancar mungkin. Karena kan biola tidak gampang. Bukan yang seminggu dua minggu bisa dimainkan. Harus bener-bener intens. Latihan praktek teori terus, ungkapnya saat ditemui di acara syukuran film AYAT AYAT CINTA 2, Cawang, Jakarta Timur, Jumat (4/8/2017).
Chelsea Islan © kapanlagi/Agus Apriyanto
Chelsea Islan
Rupanya Chelsea tak menemui banyak kesulitan saat bermain biola, pasalnya dirinya sudah mengenal alat musik tersebut sejak SMP. "Dari SMP aku main biola jadi dasarnya sudah bisa. Tinggal dipoles, diarahkan ke lagu yang akan dipakai di film. Hobi aku dari kecil sih bermain biola," tambahnya.
Cewek yang sempat digosipkan dengan Bastian Steel ini mengatakan jika bermain biola mempunyai sensasi tersendiri. Apalagi biola menurutnya lebih personal dan feelnya beda.
"Main biola seru banget sih karena itu juga suatu bentuk kecintaan terhadap seni juga ya. Biola itu kan sangat klasikal dan dia beda dari main alat musik lain, gitar kan beda. Maksudnya setiap alat musik feel nya beda. Kalau biola deket aja lebih personal. Biola tuh lebih bisa dibilang batin banget karena kan itu kan sendiri. Kita harus merasakan enggak hanya dimainkan tapi bener bener harus ada sukmanya," tutupnya.


Posted By

Tuesday, August 29, 2017

Nonton Fim Online - 'WARKOP DKI REBORN PART 2' Tur 5 Kota Sehari, Makassar Jadi Kota Pertama

Nonton Fim Online - 'WARKOP DKI REBORN PART 2' Tur 5 Kota Sehari, Makassar Jadi Kota Pertama - Para bintang WARKOP DKI REBORN: JANGKRIK BOSS PART 2 seperti Vino G BastianTora SudiroAbimana Aryasatya, dan Indro Warkop melakukan promosi dengan cara berbeda. Dengan menggunakan pesawat khusus, mereka keliling lima kota di Indonesia dalam waktu sehari saja. Berangkat Senin pagi (28/8) dari Bandara Cengkareng, Jakarta, mereka pun menuju Makasar sebagai kota pertama yang dikunjungi.
'WARKOP DKI REBORN PART 2' Tur 5 Kota Sehari, Makassar Jadi Kota Pertama
Tora dkk disambut puluhan penggemar saat tiba di Bandar Udara Sultan Hassanudin, Makassar sekitar pukul 10.08 waktu Indonesia Bagian Tengah. Para penggemar sudah berjejer di depan pintu keluar kedatangan saat para kru rombongan menuju mobil yang sudah menunggu. 'Ngobrol di warung kopi, nyentil sana dan sini. Sekedar suara rakyat kecil, bukannya usil' terdengar suara para penggemar menyanyikan lagu Obrolan Warung Kopi saat para bintang menuju mobil.

Nonton Film Online


Lokasi jumpa penggemar dilakukan di Trans Studio Mall Makassar yang sudah diramaikan fans Warkop DKI sejak pagi. "Sudah nunggu dari jam 7," ujar Raden Arya Felaryal salah satu penggemar Indro Warkop. Ia mengatakan sangat menunggu film WARKOP DKI REBORN: JANGKRIK BOSS PART 2 karena film tersebut pasti akan menghibur. "Lihat premiernya, kayaknya seru banget, pasti bakalan seru," ujarnya. 
Hal serupa diungkapkan oleh Subair yang menjadi penggemar Warkop DKI sejak dahulu. "Lucuan yang asli lah, cuman mirip, dari gaya bicara, gaya-gayanya, dan tingkah lakunya," ujar Subair. Tapi yang paling ditunggu Subair dari film yang akan tayang serentak pada 31 Agustus mendatang adalah kata-kata 'Jangkrik Boss' dan 'Gila lo Ndro!'. "Suka banget dan memang kata-katanya khas banget," katanya.
Saat mereka di Makassar © KapanLagi.com®/Muhammad Akrom Sukarya
Saat mereka di Makassar © KapanLagi.com®/Muhammad Akrom Sukarya
Sementara itu para bintang WARKOP DKI pun menyapa para penggemar dengan bersemangat. Saat Vino mengucap 'Warkop DKI Reborn', para fans kompak meneriakkan 'Jangkring boss' dengan meriah. Indro pun lalu berpesan supaya masyarakat Makassar jangan lupa nonton.
"Pertama kali terima kasih buat kalian yang udah dateng ke sini. Jangan lupa buat nonton WARKOP DKI REBORN yang tayang 31 Agustus. Mudah-mudahan film WARKOP menghibur kalian semua," kata Indro.
Vino juga wanti-wanti kalau nonton nanti jangan merekam di bioskop, cukup kasih tahu saja bocoran ceritanya ke semua orang. Indro pun setuju dengan Vino dan menambahkan kalau semua harus mendukung film Indonesia agar bisa jadi raja di rumahnya sendiri.
"Pokoknya abis nonton, dikasih tahu juga temennya, biar dia ngasih tahu temennya. Terus ngasih tahu temennya lagi. Ngasih tahu temennya lagi haha," pungkas Tora disambut tawa
Posted By

Monday, August 28, 2017

Nonton Film Online - Apakah Marvel Lebih Baik Dalam Membuat Film Superhero Dibanding DC?

Nonton Film Online - Apakah Marvel Lebih Baik Dalam Membuat Film Superhero Dibanding DC? - Well, ini pertanyaan yang sulit. Tapi saya yakin, hati kecilmu pasti mengatakan jika Marvel memang membuat film superhero yang terbaik, iya kan? Tapi apakah memang benar Marvel lebih unggul dari DC dalam membuat film? Kita telaah satu-satu yuk.

Apakah Marvel Lebih Baik Dalam Membuat Film Superhero Dibanding DC?


Okelah, kalau berbicara mengenai jumlah, DC sudah kalah jauh dari Marvel yang sudah merilis 15 film dalam Marvel Cinematic Universe, berbanding dengan DC Cinematic Universe yang baru merilis 4 film. Bagaimana dengan rating masing-masing film? Cek deh gambar di bawah.


Nonton Film Online


Infografis © Rotten Tomatoes
Infografis © Rotten Tomatoes
Ini adalah rating dari website Rotten Tomatoes, sebuah web film review dimana para reviewer bisa mengomentari bahkan memberikan rating jika film tersebut layak tonton atau tidak. Disitu terlihat jika film DCEU yang meraih rating besar hanyalah WONDER WOMAN, sisanya mengenaskan. Bahkan dibandingkan dengan film MCU, rating Rotten Tomatoes paling jelek adalah 66% untuk THOR: THE DARK WORLD.

Lantas, apa yang membuat Marvel selangkah lebih maju dalam membuat film superhero? Ada beberapa faktor yang kami rangkum di bawah ini.

DCEU & MCU © New Line Rockstar
DCEU & MCU © New Line Rockstar
1. Marvel 'curi start' duluan.

DCEU & MCU © New Line RockstarYa, seperti diketahui, DC sudah sangat terlambat ketika memulai DC Extended Universe-nya. Ketika Marvel sudah memulai MCU dari tahun 2008, DC baru memulai DCEU pada tahun 2013.

Tentunya hal tersebut berdampak kepada film-film DCEU, yang seakan dibuat terburu-buru. Silakan bandingkan jalan cerita THE AVENGERS buatan Marvel, dimana sebelumnya, seluruh superhero dalam film ini mempunyai film sendiri yang menceritakan kisahnya masing-masing. Film-film tersebut saling berkaitan hingga akhirnya mereka bertemu dalam satu layar besar THE AVENGERS.

Di lain waktu, DC sudah tak punya waktu untuk menerapkan model seperti itu. Maka dari itu, mereka langsung hajar dengan membuat film kumpulan superhero mereka, JUSTICE LEAGUE. Yang unik, hanya Superman dan Wonder Woman saja yang mendapatkan film solo sebelum JUSTICE LEAGUE. Sisanya, yaitu Batman, Aquaman, Flash dan Cyborg mendapatkan film solo setelah JUSTICE LEAGUE.

Tentunya model tersebut sedikit banyak akan merugikan DC, pasalnya bagi penggemar baru, hal tersebut mengurangi bonding antara penggemar dan superhero. Marvel mengetahui hal tersebut dengan membuat film solo masing-masing superheronya, dengan tujuan untuk menciptakan ikatan antara para fans dengan karakter. Begitu ikatan tersebut sukses dan fans suka dengan karakter superhero tersebut, tak akan jadi masalah besar bagi Marvel untuk menampilkan superhero tersebut di film lainnya. Walau hanya sebatas cameo, pasti fans akan tetap berbondong-bondong datang untuk menyaksikan filmnya.
Marvel & DC © Cinemablend
Marvel & DC © Cinemablend

2. Belajar dari masa lalu

Ya, Marvel pernah bangkrut di tahun 1996. Itulah sebabnya kenapa banyak karakter-karakter superheronya 'nyangkut' di studio lain, pada saat itu, Marvel melisensikan karakter superheronya dikarenakan mereka tak mempunyai uang untuk membuat film. Jadilah Spider-Man dimiliki oleh Sony, Hulk dimiliki oleh Universal, Blade dimiliki oleh New Line Cinema, sedangkan X-Men, Daredevil, Elektra dan Fantastic Four dimiliki oleh Fox.

Masa lalu yang pahit itulah yang akhirnya membuat Marvel sangat berhati-hati sebelum membuat film. Kondisi berbeda dialami oleh DC, yang sejak awal karakternya utuh dan dimiliki oleh satu studio, Warner Bros. saja (kecuali Green Lantern). Apalagi film-film Superman dan Batman (terutama trilogi THE DARK KNIGHT) memang sukses besar. Mungkin itu yang membuat DC 'agak lengah' dengan Marvel dan MCU.

MCU & DCEU © Geek X Girls
MCU & DCEU © Geek X Girls
3. Mereka memilih aktor yang kurang terkenal
MCU & DCEU © Geek X Girls
Jangan bandingkan kondisi Robert Downey Jr. sekarang ya, namun bandingkan kondisinya saat pertama kali memerankan Tony Stark di IRON MAN tahun 2008. Ya, nama Downey sama sekali tak dikenal kala itu, sama dengan Chris Evans maupun Chris Hemsworth yang masing-masing memerankan Captain America dan Thor.

Ya, walaupun berhati-hati, namun Marvel memang membuat pilihan beresiko kala memasukkan nama-nama yang kurang terkenal sebagai pemeran utama. Tujuannya jelas, untuk menghemat budget produksi film kala itu. Ternyata pilihan mereka berbuah manis, para aktor B-list ini kini telah berubah menjadi aktor A-list sejalan dengan semakin populernya karakter yang mereka perankan.

Di lain pihak, DC enggan memakai strategi seperti itu, dan memilih selebriti kelas A untuk film-filmnya. Lihat saja Ben Affleck sebagai Batman, Will Smith sebagai Deadshot dan Chris Pine sebagai Steve Trevor. Pemakaian seleb kelas A tentunya akan membuat biaya film semakin melambung, dan untuk kasus DC, pemakaian seleb kelas A tak terlalu menambah penghasilan box office secara signifikan (kecuali Chris Pine dalam WONDER WOMAN tentunya).

Jadi, untuk sementara, kami kira Marvel masih memegang posisi sebagai pembuat film superhero terbaik. Namun tak ada yang abadi di dunia ini, bisa saja nantinya DC yang akan memegang tahta tersebut, mengingat WONDER WOMAN mendapatkan respon yang sangat baik dalam perilisannya, serta JUSTICE LEAGUE & AQUAMAN masuk ke dalam list film superhero yang paling ditunggu. Apapun itu, mau DC atau Marvel, yang pasti jangan tonton film bajakan ya!


Posted By